kaknzul.com

Dikotomi Kendali Itu, Tawakal


tawakal adalah


Hai sobat berdaya, semoga selalu sehat dan tetap semangat

Bulan kemarin Kaknzul membaca sebuah buku. Di dalamnya ada sebuah teori yang bernama dikotomi kendali. Sobat berdaya ada yang pernah dengar teori inikah?

Seperti apa dikotomi kendali itu? Lantas apa kaitannya dengan tawakal? Seperti apa penjelasan dikotomi kendali itu, tawakal?

Dikotomi kendali

Teori ini Kaknzul temukan di dalam buku Filosofi Teras. Singkatnya, dikotomi kendali itu adalah mengendalikan apa yang bisa kita kendalikan.

 Di buku ini juga disampaikan cara bahagia dalam hidup adalah dengan mengendalikan hal-hal yang bisa kita kendalikan. Sebab, seringkali yang membuat manusia susah atau merasa tidak bahagia adalah ketika ia berusaha mengendalikan hal-hal yang bukan kendalinya. Misal, respon orang lain terhadap dia, penilaian orang lain dengan apa yang ia gunakan, pencapaian yang harus sesuai dengan yang diinginkan.

Bahkan terkadang, jadi memaksa atau mengerahkan segala upaya yang dimiliki. Contoh, ketika kita terjebak dalam kemacetan. Sebenarnya yang membuat kita merasa tidak nyaman, kesal dan bosan adalah perasaan dan prasangka yang bermunculan saat terjebak macet. Maka, yang bisa kita lakukan adalah mengendalikan prasangka atau perasaan. Bagaimana caranya agar tidak merasa bosan atau terbayang hal-hal buruk lainnya. Bagaimana agar tetap tenang menanti petugas mengurai kemacetan yang ada?

Dengan mengendalikan diri, baik prasangka maupun perasaan, kita akan merasa lebih menerima, tenang apapun kondisinya. Tidak memberikan respon yang berlebihan seperti marah, atau memaksa agar kondisi sesuai dengan yang diinginkan.

Begitu sobat tentang dikotomi kendali. Intinya, paham mana yang menjadi kendali kita. Fokus kendalikan apa yang menjadi kendali kita.

Dikotomi kendali itu, tawakal

bertawakal kepada allah

Ketika membaca buku ini, tiba-tiba teringat dengan “teori” dikotomi kendali dalam islam. Ia bernama tawakal.

Menurut Imam Ghazali, Tawakal adalah menyandarkan kepada Allah SWT tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala tertimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tentram.

Tawakal berbeda dengan pasrah. Karena tawakal memiliki prinsip berpasrah kepada Allah dengan sepenuh hati setelah berusaha. Di dalam tawakal ada keyakinan yang penuh menyerahkan pada Allah setelah berusaha.

Kenapa Kaknzul menyebut tawakal ini sebagai dikotomi kendali?

Ingat, bahwa dikotomi kendali itu adalah fokus mengendalikan apa yang bisa dikendalikan. Dalam tawakal, kita fokus pada hal yang menjadi kendali kita yaitu berusaha. Tentang hasil bukan menjadi kendali kita, tapi menjadi kendali Allah. Maka, untuk urusan hasil serahkan pada Allah SWT.

Begitu sobat.

Di dalam Al Quran ada 88 kali Allah sebut tentang perintah bertawakal. Mari kita lihat salah satu ayatnya di dalam Al Quran.

“Dan orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui, (yaitu) orang yang bersabar dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.” (Qs. An-Nahl:41-42)

Dari ayat ini kita bisa melihat dan memahami prinsip tawakal dimulai dari berusaha atau berikhtiar. Jadi, berbeda sekali dengan berpasrah dan menyerah sebelum berusaha.

Namun, sampai disini Kaknzul penasaran lagi sobat. Kenapa ya, Allah ulangi 88 kali perintah untuk bertawakal di dalam Al Quran? Bukankah sesuatu yang diulangi berarti ada hal penting di dalamnya. Bisa jadi ada bahaya dibalik perintah itu jika diabaikan atau ada keutamaan besar bagi manusia jika ia bertawakal kepada Allah.

Bahaya jika manusia tidak bertawakal kepada Allah SWT

keutamaan tawakal kepada allah

Sobat, manusia yang bertawakal menyadari dengan sepenuh hati, bahwa ada hal yang tidak bisa dikerjakan oleh kemampuannya dan ia membutuhkan Allah. Mereka yang bertawakal sadar penuh bahwa ada hal-hal yang bukan menjadi urusan atau kendalinya, tapi menjadi kendali Sang Pencipta yaitu Allah Yang Maha Kuasa. Maka, bahaya yang ditimbulkan jika manusia tidak bertawakal adalah:

1. Menjadi manusia yang sombong

 Ia merasa bahwa segala sesuatu yang ia capai, miliki, semuanya atas kemampuan dirinya semata. Hilangnya rasa bergantung menjadi tanda terkikisnya keyakinan manusia bahwa Allah yang telah memberikan segala nikmat kepadanya. Ia tak lagi meminta kepada Allah dan menganggap segala keberhasilannya atas usaha dan kerja kerasanya semata. Astaghfirullah, sungguh sombong manusia yang tak lagi meminta, bahkan merasa atas kekuatannya ia memperoleh banyak pencapaian dan keberhasilan.

2. Menghalalkan yang HARAM

 Ia yang tak bertawakal, menganggap bahwa segala kekuatannya dapat dikerahkan untuk mendapatkan yang ia inginkan. Alhasil, kegagalan yang ia temui, hambatan yang ia dapati akan ditaklukkan dengan kekuatannnya. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dicitakan. Menjadikan yang haram menjadi halal atas nama kerja keras. Contoh, menyingkirkan hambatan yang ditemui dengan cara menyingkirkan teman, membayar orang untuk mencapai yang dicitakan. Hingga akhirnya, terjadilah praktek-praktek kecurangan demi pencapaian.

Menyeramkan ternyata sobat bahaya dari tidak bertawakalnya manusia. Ia akan menjadi awal mula munculnya dosa-dosa lainnya. Ia menjadi awal mula munculnya kerusakan di muka bumi berupa kebohongan, kecurangan, pembunuhan, bahkan menzalimi dan merugi orang lain.

Keutamaan bertawakal

tawakal adalah


Tentu dari setiap perintah Allah ada keutamaan yang diberikan. Itulah Allah Ar Rahman Ar Rahim, mengasihi hambanya, diantaranya dengan memberikan keutamaan yang begitu banyak dibalik setiap perintahnya.

1. Bahagia yang bernama ketenangan dan damai itu menyelinap dalam kehidupan.

Sobat, apasih yang paling membuat kita bahagia dari dunia ini selain menerima segala sesuatu yang terjadi karena Allah. Yakin, apapun yang terjadi dalam hidup ini bukan sebuah kegagalan tapi kebaikan, bentuk penyelamatan Allah pada kita atau bentuk keberhasilan yang akan diberikan tepat pada waktunya. 

Sebaliknya, menolak atau tak terima tidak akan membuat kita bahagia. Apalagi membaca hikmah dibalik tertundanya sebuah keberhasilan atau dibalik kondisi yang menurut manusia tidak menyenangkan lainnya.

2. Diberikan jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka

Dalam Qs. Ath Thalaq: 2-3 Allah menyampaikan,

 “ Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya. Sesungguhnya Allah menciptakan (mewujudkan) apa yang Dia kehendaki. Sesungguhya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

3. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat

“Dan orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhira pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui, (yaitu) orang yang bersabar dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.” (Qs. An-Nahl:41-42)

Masyaallah, begitu tenang rasanya ketika mengetahui keutamaan bertawakal kepada Allah. Itu dia sobat, dikotomi kendali yang sebenarnya sudah ada dalam Islam. Masyaallah luar bisa manfaatnya jika seorang muslim mengetahui dan mengamalkannya.

Saling mengingatkan dan menyemangati ya. Dan terus berusaha menjadi hamba-Nya yang bertawakal Sampai bertemu di tulisan berikutnya.






Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung ^ ^ Untuk masukan dan saran bisa disampaikan via email nidazulkhaira93@gmailcom.